Ngabuburit Seraya Bernostalgia Dengan Perjuangan Diplomasi Di Gedung Perundingan Linggarjati

Di sinilah ruangan dimana perundingan Linggarjati di lakukan(dokpri)

 

Bulan Ramadhan meski indentik dengan keadaan perut lapar dan juga rasa haus yang menyergap di karenakan tidak adanya asupan makanan dan minuman ke dalam tubuh selama 12 jam lebih, bukan berarti alasan pembenaran untuk bermalas malasan dan nggak ngelakuin hal yang positif, dari pada mikirin laper melulu lebih baik kita jalan jalan yuk, siapa tahu ada pengalaman baru yang di dapat dan tahu tahu eh waktu berbuka tiba. Mau dong ngabuburit ke tempat yang bersejarah, itung itung nambah ilmu dan nambah rasa nasionalisme kita yang saat ini kerap di tuding udah mulai luntur.

Jalan jalan kita di Ramadan 2018 yakni menjelajah tempat wisata di daerah Kuningan Jawa Barat yang memiliki tempat  yang di lindungi Undang Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, termpat itu adalah Gedung Perundingan Linggarjati yang terletak di desa Linggarjati, kecamatan Cilimus, kabupaten Kuningan Jawa Barat.Letaknya yang berdekatan dengan Gunung Ciremai dan memiliki ketinggian 400 meter diatas permukaan air laut.

Tentu saja kita di manjakan dengan suasana sejuk yang begitu menggoda, gedung ini pernah mengalami beberapa alih fungsi. Mulai dari sebuah gubuk milik seorang janda bernama di tahun 1918, di ubah menjadi bangunan oleh warga Belanda di tahun 1921, berpindah kepemilikan di tahun 1930 sebagai tempat tinggal Johannes Van Os, merubah fungsi menjadi hotel di tahun 1935, di kuasai penjajah Jepang, pasca Indonesia merdeka kepemilikan pun di ubah dan berganti nama menjadi hotel Merdeka.

Tempat pertemuan Bung Karno Dengan Lord Killearn(dokpri)

Pada saat tahun 1946 inilah hotel Merdeka menjadi tempat perundingan Linggarjati yang membuat tempat ini sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Setelah mengalami beberapa kali fungsi pemakaian hingga akhirnya tempat ini di tetapkan sebagai museum pada tahun 1976 hingga sekarang.

Memotret Kerennya Perjuangan Diplomasi Untuk Pengakuan Kemerdekaan

Tempat bersejarah yang dilindungi Undang Undang(dokpri)

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, di tanggal penanggalan Hijriyah saat itu adalah tanggal 9 Ramadhan 1364 H, di hari Jum’at bulan puasa. Soekarno Hatta mengucapkan proklamasi yang membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajah, spirit Ramadhan semestinya api penyemangat bagi kita semua di tahun ini. Dapat di bayangkan betapa para pemimpin bangsa merumuskan kemerdekaan pada bulan suci di saat rasa haus dan lapar mendera namun mereka tetap istiqomah. Masa zaman now malah puasanya seakan menjadi beban, tentu kita tidak ingin seperti itu bukan?

kamar delegasi Belanda ketika menginap saat perundingan(dokpri)

Di Museum Perundingan Linggarjati ada gambaran perjuangan dari para diplomat ulung bangsa ini agar eksistensi Republik Indonesia terus terjaga, delegasi Indonesia di pimpin oleh Sutan Syahrir dengan di dampingi anggota yakni Mr Soetanto Tirtoprodjo, DR A.K.Gani dan Mr Moehammad Roem. Sedangkan delegasi Belanda di pimpin oleh Prof.Mr Shermerhorn dan di dampingi anggota yakni DR Van Mook, Mr Van Pool, dan Dr F.D Boer. Untuk mediator perundingan adalah Lord Killearn seorang berkebangsaan Inggris.

Maket suasana perundingan(dokpri)

Gedung perundingan Linggarjati seakan memutar kembali nostalgia kita di tahun 40an, suasan meseum yang di desain dengan atmosfir perundingan memberikan nuansa pencerahan betapa perjuangan para diplomat Indonesia sesungguhnya tak kalah berat dengan para pejuang yang berlaga di medan pertempuran. Ada beberapa ruangan yang menceritakan tentang detail perundingan, jumlah delegasi Belanda dan Indonesia saat perundingan, ruangan kamar yang di pakai menginap oleh delegasi Belanda.

Ada juga sebuah ruangan yang pernah di pakai si Bung Besar, presiden Republik Indonesia pertama Ir Soekarno saat berbincang dengan Lord Killearn. Mengitari luas bangunan museum Perundingan Linggarjati dengan area 24.500 meter persegi begitu mengasyikan, lapar pun beberapa jenak terlupakan, belum lagi pemandangan di luar gedung yang di tata apik dengan deretan pohon rindang yang memanjakan mata untuk memandangnya.

Adapun hasil dari perundingan yang di laksanakan pada tanggal 10-15 November 1946 dan di tanda tangani di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1947. Ada 17 pasal dan 1 pasal penutup dalam perjanjian Linggarjati, dan hasil dari perundingan Linggarjati adalah Belanda mengakui de facto wilayah RI meliputi Jawa, Sumatera dan Madura. Belanda harus meninggalkan RI paling lambat 1 Januari 1949.

Pihak Belanda dan RI bersepakat membentuk Republik Indonesia Serikat, RIS harus bergabung sebagai persemakmuran dan negeri Belanda sebagai kepala uni. Kesepakatan ini memang seakan merugikan posisi Indonesia tapi ternyata Belanda pula yang melanggar isi kesepakatan dengan agresi militer I di tahun 1947.

Ngabuburit Makin Seru Dengan Berburu Kuliner Kekinian Yang Lagi Ngehit Di Kuningan

Oleh oleh khas Kuningan, Tape ketan bungkus daun jambu dalam kemasan ember(dokpri)

Selain mempunyai hawa yang sejuk, daerah Kuningan memiliki aneka kuliner yang patut di cobain deh, tapi jangan siang siang ya hehehe nanti batal lho. Kuliner yang ngetop di Kuningan adalah Tape Ketan yang di bungkus daun jambu, dan uniknya wadah yang di pakai untuk tape ketan hasil fermentasi dari beras ketan ini berupa ember, di sekitaran Linggarjati dan jalan utama Cirebon-Kuningan, tempat oleh oleh khas banyak menyediakan penganan yang satu ini.

Jangan lupa bila kepengen membawa oleh oleh ini, di perkiraan juga kematangan dari tape ketan, sehingga bisa di konsumsi dengan cita rasa yang tak terlupakan, ada manis manisnya gitu dengan kesegaran rasa yang tak terlupakan. Saat ini oleh oleh tape ketan menjadi kuliner andalan Kuningan dan tentu saja mendongkrak penghasilan usaha kecil dan menengah.

Oleh oleh yang bisa di bawa selain tape ketan daun jambu adalah jeruk nipis peras, nah ini juga perlu di coba lho, jeruk nipis yang memiliki kandungan nutrisi vitamin C dan merupakan antioksidan yang baik untuk kesehatan, jeruk nipis peras tersedia dalam kemasan yang siap minum dan juga berupa sirup, kalau mampir ke Kuningan jangan lupa oleh oleh jeruk nipis peras ya.

Kuliner legend lainnya yang ada di Kuningan adalah kupat tahu atau hucap, sebuah penganan yang terbuat dari ketupat dan juga tahu dan di sertai bumbu kacang di tambah kecap, kupat tahu Kuningan memang bener bener enaknya pol lho.

Menjadikan Museum Perundingan Linggarjati Sebagai Kawasan Eduwisata

Sebagai negara yang pantang menyerah dan pemberani, Indonesia memiliki tempat tempat bersejarah yang tersebar di seluruh nusantara, penjajah Belanda yang maruk membuat perlawanan mengenyahkan penindasan di atas dunia terus di kobarkan, aura perlawanan rakyat Indonesia begitu banyak dan kini menjadi situs cagar budaya termasuk gedung perundingan Linggarjati.

Sambil berpuasa dan menikmati pesonaramadan2018 di gedung perundingan Linggarjati, sebuah renungan yang patut kita kaji kembali, bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia begitu berdarah darah, baik perjuangan fisik dengan memanggul senjata ataupun di meja perundingan adalah ikhtiar hebat yang membuat Indonesia seperti sekarang ini, sudah saatnya kita merawat tempat tempat bersejarah, sangat pantas memang bila museum perundingan Linggarjati menjadi kawasan Eduwisata sebuah kawasan yang berkonsep edukasi sejarah dan dipadukan dengan destinasi wisata unggulan. Dari beberapa fragmen maket yang ada di gedung perundingan, tergambar betapa pentingnya moment perundingan tersebut untuk masa depan bangsa kita.

Dan generasi sekarang perlu tahu bahwa memang harga kemerdekaan begitu mahal, rasanya sangat sayang saja persatuan yang telah di rajut dengan susah payah oleh bapak pendiri bangsa malah terkoyak koyak oleh hoaks di zaman kini. Berkunjung ke gedung perundingan Linggarjati semakin membuka cakrawala berpikir kita untuk lebih mencintai tanah air Indonesia.

Mensinergikan Gedung Perundingan Linggarjati Dengan Tempat Wisata Lainnya Yang Ada Di Kuningan

Tempat wisata di Kuningan begitu banyak, apalagi saat ini tempat wisata kekinian terus muncul di daerah Kuningan, dengan lokasi yang sangat mudah terjangkau dan juga ongkos transportnya nggak terlalu mahal, gedung perundingan Linggarjati ramai di kunjungi. Jangan lupa di sekitaran gedung perundingan ada tempat tempat yang perlu di kunjungi juga lho, sperti pemandian alami air panas di Sangkanhurip, Ghifari Valley, Curug Sidomba hingga hutan wisata Talaga Remis.

Dengan adanya sinergi antar tempat wisata yang mengedepankan aksi aksi memikat dan juga atraksi yang keren sehingga pengunjung pun merasa betah berada di Kuningan dalam jangka waktu yang relatif lama sehingga penghasilan daerah dari sektor pariwisata pun terdongkrak. Selain itu Kuningan di untungkan dengan di bukanya Bandara Internasional Jawa Barat di Majalengka yang relatif dekat dengan posisi kabupaten Kuningan.

Semoga saja daerah Kuningan akan menjadi tempat wisata kekinian dan mampu merebut hati para pelancong baik domestik maupun mancanegara, karena pancaran keindahan wilayah Kuningan belum tereksplor sepenuhnya, semoga spirit bulan ramadhan membuka amunisi untuk menggiatkan terus potensi pariwisata Kuningan, saatnya ngabuburit ke Kuningan dan temukan tempat tempat terbaik untuk menikmati ramadhan nan syahdu di Kuningan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.