“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan” adalah bunyi pasal 33 UUD 1945 ayat 1, sebuah cita cita luhur pendiri bangsa ini, 3 Februari 1945 digelar konferensi ekonomi di Jogjakarta, Mohammad Hatta menjadi pembicaranya,salah satu pernyataannya adalah “Dasar perekonomian yang cocok dengan semangat tolong menolong adalah koperasi. Seluruh perekonomian rakyat harus berdasarkan koperasi.”
Namun dalam perjalanan bangsa Indonesia yang mencapai tujuh dasawarsa lebih, mimpi sang proklamator untuk membumikan koperasi sebagai soko guru ekonomi bangsa belum sepenuhnya tercapai, koperasi menghadapi pasang surut dalam perkembangannya.
Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah koperasi di seluruh Indonesia mencapai 152.172 unit pada tahun 2017, mengalami pertumbuhan 0,66 % di banding tahun sebelumnya. Apakah koperasi juga mampu beradaptasi dengan revolusi industri, ataukah koperasi di minati generasi milenial?
Menarik untuk di simak penuturan ketua Dekopinda Kota Cirebon, Yodi Rudiantono “ Bahwa saat ini pengenalan koperasi bagi generasi zaman now terus di galakkan dengan di munculkannya Koperasi Siswa ataupun Koperasi Mahasiswa, agar stereotype bahwa koperasi adalah jadul dan juga kuno bisa di hilangkan, koperasi harus rebranding agar di minati genarasi kekinian.
Yang Muda Yang Mencintai Gerakan Koperasi
Rentang usia 20-34 tahun di sebut generasi milenial, data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional(Bappenas) menyebutkan ada 90 juta orang yang masuk usia milenial. Biasanya anak muda mempunyai keingintahuan yang lebih, hal ini merupakan langkah awal mengenalkan mereka terhadap koperasi.
Selain itu ketika berkoperasi akan tumbuh minat untuk berjiwa enterpreneurship, jiwa wira usaha menjadi berkembang. Di banding negara negara ASEAN misalnya Malaysia dan Singapura memiliki jiwa enterpreneurship mencapai rata rata 5% hingga 7%.
Bandingkan dengan Indonesia yang ada di angka 1,6% dari populasi penduduk yang memiliki jiwa wira usaha, anak anak muda biasanya menyukai suatu hal atau passion, saatnya bersama koperasi maka passionpreneur menjadi keniscayaan.
Yang diperlukan adalah bimbingan dari orang orang yang lebih tua untuk mengarahkan generasi milenial untuk mencintai koperasi, selebihnya anak anak muda ini biasanya memiliki visi dan juga inovasi yang perlu di apresiasi, semoga saja perkembangan koperasi di tangan anak anak muda ini menjadikan koperasi di Indonesia lebih maju dan menyamai pencapaian negara negara Skandinavia yang sudah mapan untuk pengelolaan koperasi.
Perbanyak Kolaborasi Agar Koperasi Tetap Di Minati
Tumbuh kembangnya koperasi tergantung siapa yang mengelola koperasi itu sendiri, saat ini selayaknyabukan mengedepankan persaingan sengit hingga berdarah darah sampai salah satunya harus kalah, namun yang di perlukan saat ini adalah kolaborasi, sifat dasar koperasi sendiri adalah kebersamaan dan juga gotong royong, di masa lalu koperasi identik dengan usaha simpan pinjam atau pun multiguna, dengan seiring perkembangan zaman dan trend munculnya startup, selayaknya kolaborasi menjadi hal yang menarik agar koperasi tetap melaju, semakin intens berkolaborasi untuk memajukan koperasi akan semakin baik.
Jalinan kerja sama ini pada akhirnya berdampak pada kelangsungan koperasi, tak ada yang tak bisa untuk di pelajari, apalagi saat ini transformasi digital memang diperlukan untuk menjaga ekosistem, dengan kolaborasi di harapkan ada yang berubah dalam koperasi, entah itu secara pelayanannya yang jauh lebih ringkas tak bertele tele, model bisnisnya yang mengikuti perkembangan zaman atau tata kelola koperasi yang lebih transparan. Yuk berkolaborasi untuk majunya koperasi di negeri tercinta.
Membumikan Koperasi Saatnya Di Lakukan Generasi Milenial
Bank Dunia menyebutkan kualitas sumber daya manusia Indonesia berada di peringkat 87 dari 157 negara, pekerjaan rumah yang berat agar kualitas SDM Indonesia meningkat, pada kenyataannya lulusan SD mendominasi penduduk bekerja di Indonesia dengan persentasi 40,51 % pada Februari 2019, sedangkan lulusan SMK berada di angka 11,31 persen dan lulusan universitas 9,75 % .
Hal ini menjadi tantangan tersendiri untuk mengembangkan koperasi di era milenial. Tantangan lainnya adalah kalau kita merunut hasil Global Innovation Index 2019, di mana Indonesia berada di peringkat 85 dari 129 negara yang paling inovatif di seluruh dunia.
Bukan berarti menatap pesimis akan berkembangnya koperasi di era milenial jika melihat kualitas sumber daya manusia, semestinya pemangku kepentingan dalam hal ini adalah pemerintah Indonesia akan tetap berupaya agar di era digitalisasi seperti saat ini mampu memanfaatkan tantangan menjadi peluang agar koperasi di tanah air tetap tegar melangkah di tengah keterbatasan.
Saat ini tema Reformasi Total Koperasi di Era Revolusi Industri 4.0 menjadi topik utama ketika memperingati hari koperasi ke 72. Bukan semata mata jargon dengan kegagahan tema namun terus menggali potensi agar sumber daya manusia yang berkecimpung di perkoperasian memiliki skill yang mumpuni, membumikan koperasi dengan sehormat hormatnya dengan berbekal displin dan etos kerja yang baik. Generasi milenial memang perlu di beri pemahaman tentang pengetahuan koperasi. Jika semua telah di lakukan, keniscayaan majunya koperasi hanya tinggal menunggu waktu.
Seperti yang telah di utarakan sebelumnya, di era revolusi industri 4.0 yang beririsan dengan penetrasi koneksi internet, semuanya bisa di lakukan asal ada kemauan, akses untuk tumbuh kembangnya koperasi bisa di lakukan secara online agar lebih memudahkan generasi milenial mengetahui seluk beluk perkembangan koperasi.
Saatnya memang tongkat estafet pengelolaan koperasi di berikan kepada kaum muda ini, koperasi zaman now dengan anak nak usia produtif, para milenial sudah saatnya di beri panggung untuk memajukan koperasi di negeri tercinta.
Ket:Gambar utama dok: beritasatu.com