Berada dalam kehidupan modern seperti saat ini tak melulu berhadapan dengan kejahatan konvensional, kisah orang yang dibegal saat dalam perjalanan, pencopetan, kemalingan motor hingga beragam kriminalitas yang membuat banyak orang was was. Kejahatan yang patut diwaspadai di era digital kini adalah hadirnya kejahatan siber.
Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan pada tahun 2021, serangan siber pada sektor keuangan mencapai 22,4%, dengan perincian bahwa 70% serangan ditujukan kepada sektor perbankan, 16% adalah perusahaan asuransi dan 14% di sektor keuangan lain. Probabilitas serangan siber menuju sektor keuangan mencapai 86,7%.
Di sisi lain patut kita syukuri bahwa Indeks Literasi Digital Indonesia semakin membaik, survey Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 berada di skor 3,49 atau mendekati baik. Ada empat pilar yang di survey yakni pilar budaya digital, pilar etika digital, pilar kecakapan digital, pilar keamanan digital, adapun yang mendapat skor paling rendah adalah pilar keamanan digital.
Inilah yang semestinya kita lakukan, meningkatkan pilar keamanan digital atau digital safety. Saatnya untuk lebih peduli dengan perlindungan data pribadi, jangan sembrono ketika memberikan data data yang bersifat personal, bila sedikit saja lengah maka bisa jadi apa yang kita miliki akan berpindah tangan secara cepat ke tangan orang orang yang berhati culas dan serakah.
Mengelola keuangan memang memerlukan ketelitian dan kecermatan, apalagi saat ini akses perbankan bisa dengan mudah dilakukan hanya memainkan jemari, perkembangan teknologi saat ini memudahkan nasabah berinteraksi meski tak harus menuju kantor cabang bank. Cukup dengan gawai semua bisa beres, tapi waspada memang perlu agar kejahatan siber dapat diminimalisasi dengan paham yang namanya literasi digital.
Penyuluh Digital Kontra Soceng, Saatnya Amankan Data Pribadi
Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai kemampuan mengelola emosi, perasaan sedih atau bahagia, namun jangan salah lho, ternyata ada beberapa orang yang mempunyai perilaku buruk untuk mempengaruhi seseorang dengan memanfaatkan emosi manusia. Dalam hal ini kita patut waspada, agar terhindar dengan namanya rekayasa sosial.
Mereka pintar untuk mengorek informasi dan mengumpulkannya, lebih baik berhati hati dengan orang yang baru dikenal namun terlihat familiar dan cepat akrab dan bertanya ini itu, namun tanpa kita sadari ada beberapa informasi pribadi terkuak begitu saja. Yuk lebih bijak saat berinteraksi, agar tidak di rugikan oleh oknum yang lihay memanfaatkan situasi.
Dua dekade lalu, kehilangan Kartu Tanda Penduduk seakan dunia runtuh, KTP menjadi kartu identitas penting, hingga kini pun KTP tetap diperlukan untuk keperluan perbankan, sejalan dengan hadirnya teknologi, kita pun mengenal yang namanya Personal Identification Number(PIN) dan juga One Time Password(OTP).
Soceng tak akan pernah berdiam diri untuk mampu mengibuli korban, mereka akan membuat pancingan agar data pribadi kita, berhati hati bila mempergunakan password, PIN, OTP, nama ibu kandung, nomor kartu ATM atau juga informasi pribadi lainnya yang membuka celah soceng masuk dan melakukan tipu tipu
Dunia nyata dan dunia maya adalah dua dunia yang bersisian, ada orang baik dan juga orang jahat, dalam dunia maya banyak seliweran oknum oknum yang melakukan Social Engineering(Soceng). Sebagai blogger tentunya mempunyai kewajiban moral untuk mengedukasi pembaca agar tidak terjerat para soceng yang ingin menangguk keuntungan dari ketidaktahuan orang awam akan kejahatan siber.
Saatnya bersiap untuk para blogger menjadi Penyuluh Digital yang siap head to head dengan para soceng, ada banyak cara bagi soceng memainkan trik jahat mulai dari skimming, phising, vishing hingga Sim Swap. Namun pada dasarnya menyasar siapa saja agar menjadi korban, tapi ingat nih gaes bahwa tak perlu was was untuk berada di era cashless yang terkoneksi internet, asal lindungi saja data pribadi kita semua.
Edukasi Nasabah Bijak Agar Terhindar Ancaman Kejahatan Siber
Kerap terperangkap modus gebetan nggak sih? Modal omongan manis malah jadi ajang tipu tipu, sakitnya tuh disini gaes. Eits ternyata modusin juga merambah di dunia online, sebagai Nasabah Bijak no way banget deh jika harus kena modus penipu online, harus bisa dan pintar agar nggak dimodusin, ada beberapa hal yang kita dapat lakukan agar jerat si penipu online gigit jari.
Kejahatan siber memang bukan isapan jempol, mereka nyata menebarkan perangkap, namun apabila kita lebih cerdik maka dipastikan si tukang modus online kena batunya juga.Plis nih jangan asal klik tautan yang mencurigakan, apalagi ada iming iming tertentu, lebih baik teliti dan berpikir logis agar tidak menyesal kemudian.
Tiba tiba ada nomor yang tak dikenal menawarkan sesuatu dengan nilai yang fantastis, nah ini sih benar benar harus waspada agar kita tak terjerumus rayuan maut penipu. Jangan lupa juga PIN yang kita punya dibagikan secara serampangan, kejahatan selalu mencari celah agar korban terperdaya, jangan sampai menjadi korban berikutnya ya.
BRI Korporasi Plat Merah yang Peduli Lindungi Keamanan Nasabah
Dengan pengalaman lebih dari satu abad di dunia perbankan tanah air, Bank Rakyat Indonesia(BRI) memberikan pelayanan prima bagi nasabah di tanah air, seiring perkembangnya teknologi kekinian. BRI senantiasa melakukan tindakan pencegahan agar kejahatan siber dapat diminimalisir.
Cyber security merupakan ancaman nyata di era digital, salah satu yang menjadi antisipasi BRI adalah dengan memanfaatkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence(AI).Perlindungan ini mampu memberikan tindakan preventif, agar kejahatan siber dapat direspon secara cepat sehingga nasabah pun terlindungi.
Patut mengapresiasi upaya BRI dengan perlindungan serta tata kelola data yang mempunyai standart internasional yang mengedepankan acuan industri, bahwa keamanan data nasabah merupakan prioritas yang mencakup people,process dan juga mengedepankan technology.Untuk pengamanan data, BRI memberikan edukasi kepada pekerjanya dan juga nasabah.
Saling keterkaitan people, process dan teknologi dapat terlihat dengan adanya sinergi organisasi khusus menangani Informan Security yang memiliki keahlian di bidang Cyber Security. BRI pun memiliki Cyber Security Indcident Response Team(CSIRT), dua jempol untuk BRI yangmelindung data nasabahnya tidak kaleng kaleng.
Mengenal Literasi Keuangan Pahami Literasi Digital Kemudian
Tak kenal maka tak sayang, begitulah pemeo lama yang sejatinya masih relevan digunakan di era digital ini, yuk saatnya memahami literasi keuangan. Produk dan jasa keuangan seyogya dikenal oleh masyarakat pada umumnya, kebermanfaatan produk dan jasa keuangan akan berjalan seiring peningkatan jumlah pengguna serta layanan jasa keuangan.
Bahwa literasi keuangan berkaitan dengan individu serta lembaga keuangan yang menyertainya saling adanya keterkaitan, sehingga pengelolaan keuangan alurnya terlihat jelas. Bila komunitas tidak mengenali dengan baik lembaga keuangan, dipastikan literasi keuangan dianggap rendah.
Jika masyarakat teredukasi dengan literasi keuangan, langkah berikutnya adalah memahami literasi digital karena dengan berkelindannya kemampuan literasi keuangan dan literasi digital menjadi warna tersendiri. Apalagi riset dari platform perbankan digital Backbase dan IDC pada tahun 2023 sekitar 40% nasabah perbankan Indonesia beralih ke ekosistem keuangan digital.