Mengoptimalkan Literasi Digital Untuk Menghapus Stigma Kusta

Saatnya menghapus stigma terhadap orang yang pernah mengalami kusta(dokumen poto:dinkes.jakarta.go.id)

 

 

Generasi old di tahun 80an kemungkinan besar mengetahui sinetron andalan TVRI yang diputar setiap Minggu siang, Rumah Masa Depan besutan sutradara legendaris Ali Shahab, dalam salah satu serial Rumah Masa Depan, terdapat episode berjudul ‘ Yang Lepra Yang Terhina’. Kisah penyandang kusta bernama Pak Kosin yang dijauhi para tetangga, terkucilkan karena kusta atau lepra dianggap penyakit kutukan.

Penulis saat itu masih SD, namun kenangan tentang kusta seakan melekat melalui sinetron lawas. Bahwa kini di era internet, rasanya masih relevan untuk terus melawan stigma bagi penderita kusta di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan, per 24 Januari 2022, jumlah kasus kusta terdaftar sebesar 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus.

Berharap wajah sinetron saat memberikan edukasi untuk menghapus stigma penderita kusta seperti dahulu? Rasanya jauh panggang ke api. Tetapi berdiam diri juga bukan langkah yang bijak. Tak dapat menunggu. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia(WHO), Indonesia menempati urutan ketiga dengan kasus kusta di dunia, setelah India dan Brazil.

Mampukah Indonesia bebas kusta? Tahun 2024 ditargetkan pemerintah untuk eliminasi kusta, salah satu upaya adalah mengenyahkan stigma dan diskriminasi terhadap keluarga dan penderita kusta. Sebagai blogger saat ini adalah momentum yang tepat untuk bersuara, tanggung jawab mengikis stigma tentang kusta harus dilakukan.

Kondisi bersuara melawan stigma kusta dapat dilakukan, arus informasi di era digital memungkinkan individu individu, melalui media sosial, blog dan karya tulisan diberbagai platform online, memaksimalkan ruang digital agar stigma kusta semakin bergema. Masyarakat semakin teredukasi apa dan bagaimana  informasi seputar kusta

Bahwa saat ini menurut Asosiasi Penyedia Jasa Intenet Indonesia, diawal tahun 2022 mencapai 210 juta jiwa, kecepatan informasi inilah yang selayaknya bisa dimanfaatkan agar stigma dan diskriminasi penderita kusta, bahwa literasi digital menjadi pintu pemahaman dan wawasan, penderita kusta layak dimanusiakan secara utuh. Melalui internet bisa cerahkan harapan orang yang pernah mengalami kusta.

 

Suarakan Bersatu Bersama Untuk Indonesia Bebas dari Kusta Di Sosial Media

Tak bisa dipungkiri bahwa  penggunaan media sosial di Indonesia terus mengalami perkembangan yang signifikan, We Are Social melaporkan pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 191 juta orang pada Januari 2022, meningkat 12,4 % dibanding tahun lalu yang mencapai 170 juta orang.

Kepopuleran Facebook, Instagram, Twitter atau juga Youtube menjadi jalan pembuka bersuara bersama sama. Media sosial menampilkan visual mulai dari gambar, video ataupun foto. Melalui media sosial, mari kita bersama sama baik secara individu maupun organisasi untuk terus berbagi agar Indonesia bebas kusta.

Media sosial bisa dijadikan alternatif  cerita inspiratif  tentang kusta, informasi yang valid di sosial media menjadi pengetahuan keberhasilan orang yang pernah mengalami kusta bisa speak up, informasi yang benar seputar kusta, akan menjadi pemahaman di lapisan masyarakat. Medsos menyebarkan program pencegahan dan pengendalian kusta, boleh pisan euy!

 

Memviralkan Cerita Ceria Kusta

Yuk bikin konten positif tentang OYPMK(screenshot youtube Berita KBR)

 

 

Daya dukung untuk menjadi terkenal untuk disaat ini sangatlah memungkinkan, platform media sosial menjadi tempat bagi orang orang melakukan eksistensi, bahkan hal hal yang aneh dilakukan agar menjadi trending dan viral setelahnya.Peningkatan popularitas biasanya memerlukan trigger atau pemicunya.

Dapatkah cerita tentang kusta menjadi viral, sangat mungkin terjadi, ketika timing yang tepat dan cerita banyak ditonton, edukasi tentang penyakit kusta bisa menjadi perhatian. Biasanya dari kisah viral ada keingintahuan alias kepo, sisi inilah menjadi hal yang menarik untuk dibahas sehingga memantik rasa penasaran.

Salah satu kanal youtube yang kerap menyuarakan tentang penyakit kusta adalah Berita KBR, pembahasan tentang Wadah untuk Penyandang Disabiltas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta Siap Bekerja, ditonton ribuan kali. Memupuk optimisme bagi pasien kusta, ada lapangan pekerjaan yang dapat ditekuni bagi pasien kusta.

Vibes positifnya terasa sekali. Berharap akan ada konten viral yang menyoroti pasien kusta secara positif. Bahwa masih ada cerita ceria kusta, tak melulu tentang kusta berwajah muram. Masih ada korporasi yang mau menerima pekerja yang disabalitas dan juga OYPMK

Enyahkan Stigma Kusta Cerita Lama

Acapkali cerita lama memang sulit untuk terlupa, pedihnya penghinaan terhadap orang orang yang mengidap kusta menjadi fenomena di masyarakat. Kisah sedih Pak Kosin dalam salah satu episode di sinetron jaman dulu yang dijauhi orang orang karena mengidap penyakit kusta, penyakit kutukan adalah hal yang umum bila mengacu kepada penyakit kusta.

Sangat tepat jika tahun 2022 tema nasional dalam Peringatan Hari Kusta Sedunia mengambil tagline “Mari Hapuskan Stigma dan Diskriminasi Kusta.” Bertahun tahun pasien kusta acapkali terisolir, tercabut akses ekonomi, masalah sosial hingga termarjinalkan secara budaya. Kerap terdengar kisah pilu pasien kusta.

Penolakan memanfaatkan fasilitas umum ataupun fasilitas kesehatan, terhenti bersekolah, mendapatkan kenyataan diceraikan pasangan adalah hal yang harus diterima pasien kusta. Lingkungan sekitar seyoganya memberikan suport terbaik agar pasien kusta tak kian terpuruk, membangkitkan kembali harga diri mereka.

Menolak stigmatisasi bagi pasien kusta adalah jalan moderat bagi kita semua, mulai dari sekarang, langkah cerdas adalah enyahkan stigma kusta cerita lama. Mereka berhak hidup merdeka, mereka layak berkemampuan, cekatan serta bernilai meski penderita kusta. Mampu mandiri secara ekonomi dan tak menjadi beban.

Menuju Indonesia Bebas Kusta Adalah Keniscayaan

eliminasi kusta 2024 adalah keniscayaan, saatnya peduli tentang kusta(dokumentasi poto: dinkesmadiunkota.go.id)

 

Jangan lupakan lepra, sampai tidak ada kusta yang tersisa! Bahwa infeksi bakteri Mycobaterium leprae dapat menular melalui percikan cairan dari saluran pernapasan(droplet), namun proses berkembang biaknya cukup lama. Saat bersalaman atau juga duduk bersama tak serta merta menularkan penyakit kusta, namun tetap bila terjadi kontak sosial harus tetap waspada, jangan lupa menjaga perilaku hidup bersih.

Penyakit kusta memiliki dua tipe yakni Kusta Kering dan Kusta Basah. Dari 34 Provinsi di Indonesia, ada enam provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta. Adapun provinsi tersebut adalah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Kasus kusta di Indonesia tahun 2021 mencapai 10.976 pasien, kasus terdaftar 12.230, angka cacat tingkat 2 mencapai 2,47 per 1.000.000 penduduk.

Hari Kusta Sedunia selalu diperingati pada minggu terakhir bulan Januari. Bahwa sejatinya orang yang mengalami kusta berhak atas kehidupan yang bermartabat bebas dari stigma dan diskriminasi terkait penyakit. Saat ini besar kemungkinan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta, menyebabkan penanggulangan kusta terdengar sayup.

Penyakit kusta sebenarnya bukan hal yang baru, bahkan penyakit ini ditemukan sejak 700 sebelum Masehi. Mengapresiasi upaya pemerintah untuk penanggulangan penyakit kusta, puskesmas menyediakan obat Multi Drag Therapy yang telah direkomendasikan oleh WHO, untuk kusta kering, obat diminum selama enam bulan, sedangkan untuk kusta basah dikonsumsi selama dua belas bulan.

Namun orang terdekat dari pengidap kusta selayaknya mengawasi konsumsi obat MDT, karena bisa jadi mengkonsumsi obatnya terhenti. Semoga dengan kebersamaan yang padu, eliminasi kusta di Indonesia pada tahun 2024 adalah keniscayaan, yuk mulai dari sekarang, secara bersama kita berjuang hapuskan dan diskriminasi terhadap pasien penyakit kusta adalah hal yang pasti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.