Mirah Sumirat Perempuan Indonesia Gaungkan”Hidup Buruh Hingga Ke Forum Internasional

Ada banyak tokoh perempuan inspiratif di tanah air, salah satunya adalah Mirah Sumirat(dokpri)

 

Tak banyak perempuan Indonesia yang berada di “bidang lelaki”, namun justru Si Bung Besar yang merupakan Bapak Proklamator Indonesia, menempatkan seorang perempuan bernama Soerastri Karma Trimoerti sebagai Menteri Perburuhan Indonesia ke 1. Presiden Soekarno melantik S.K. Trimurti pada tanggal 3 Juli 1947.

Dunia kerja memang didominasi oleh kaum pria, namun bukan berarti kaum perempuan tak memiliki peranan sama sekali, begitu juga dengan aktifitas pergerakan buruh di tanah air lebih banyak bermunculan tokohnya adalah kalangan pria. Di mana para perempuan berada? Data Badan Pusat Statistik menyebutkan Persentase Tenaga Kerja Menurut Jenis Kelamin di tahun 2021 adalah 36,20 % adalah jenis kelamin perempuan.

Bersyukur penulis mengenal tokoh inspiratif perempuan dari kalangan pekerja, beliau dalam dua dekade terakhir konsisten menyuarakan hak hak pekerja. Seorang ibu rumah tangga yang mampu berdiri dengan kekokohan hati, membela suara buruh sesuai amanat UUD 1945, bahwa selayaknya  setiap warga negara berhak akan kehidupan yang layak serta mendapatkan pekerjaan di negeri bernama Indonesia.

Perempuan bernama Mirah Sumirat, SE adalah Presiden ASPEK Indonesia selama dua periode sejak tahun 2014 hingga 2024. Inspirasi datang dari siapapun, dibalik sosok perempuan yang kerap dianggap lemah, sebenarnya ada energi positif yang tertera, perubahan dari sebuah bangsa akan terjadi jika para perempuan memberikan inspirasi.

Tulisan ini bukan terus menyanjung Mirah Sumirat, namun menangkap energi positif dari kehadirannya untuk menyuarakan bahwa kaum buruh perempuan tak bisa dianggap sepele, tak bisa diremehkan, dibalik aura kecantikan perempuan, ada sisi keberanian yang tak dapat diukur, mereka adalah perempuan inspiratif yang pernah ada di Indonesia.

Mendukung Pemberian Hak Cuti Melahirkan Selama 6 Bulan

Kodrat perempuan sangat istimewa, sebagai ibu bagi keluarga namun tetap menunaikan tugas sebagai pekerja, perempuan yang memiliki alat reproduksi, bahwa kehamilan dan melahirkan adalah keniscayaan. Inilah anugerah istimewa bagi perempuan mana pun, dalam pengaturan perundang undangan, perlindungan maternitas diatur dalam UU Nomor 13 Tahun 2003.

Pasal 82 mengatur lamanya masa istirahat sebelum dan sesudah melahirkan, sedangkan di pasal 84 mengatur hak mendapatkan upah penuh ketika waktu istirahat hamil dan melahirkan. Mirah Sumirat salah satu tokoh perempuan yang mendukung Rancangan Undang-undang Kesejahteraan Ibu dan Anak(RUU KIA),

Bahwa pengaturan masa cuti melahirkan selama enam bulan, selain itu dalam beleid rancangan disebutkan bahwa pemberian gaji 100 persen untuk tiga bulan pertama dan 75 persen untuk tiga bulan berikutnya.

Perempuan mendukung aspirasi bagi kaum perempuan, Mirah Sumirat menganggap dengan cuti selama enam bulan, pekerja perempuan tetap produktif, dengan masa cuti yang relatif lama dibandingkan dengan aturan UU Nomor 13 2003 Tentang Ketenagaakerjaan. Dukungan Mirah Sumirat tentang cuti melahirkan dalam RUU KIA merupakan harapan baru bagi pekerja perempuan agar fokus pasca masa cuti.

“Hidup Buruh” Bergema di Forum Internasional

Jargon perjuangan akan senantiasa sebagai pemantik api semangat, pernah begitu terkenal pemeo ketika Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekanya, “Merdeka Atau Mati!” menjadi jargon magis yang membangkitkan perlawanan mengusir penjajah. Di era kekinian bagi kalangan buruh ada satu jargon yang begitu populer.

“Hidup Buruh.”

Pekikan kalimat pendek ini kerap berdengung di aksi aksi buruh di jalan, namun bagi Mirah Sumirat bahwa “Hidup Buruh” bisa bersuara lebih keras di forum internasional. Moment itu terjadi ketika ia menghadiri Women Commite UNI Asia & Pasific yang di selenggarakan di Hotel Istana Malaysia pada tanggal 6 Desember 2015.

Pada moment istemewa tersebut, Mirah Sumirat secara aklamasi menjadi Presiden Women Commite UNI Asia & Pasific, perempuan Indonesia kelahiran 20 September 1974 melantangkan suara buruh di forum internasional. Bahwa dalam kenyataannya korban ketidakadilan kerap dirasakan kaum perempuan ditempat mereka bekerja.

Tantangan yang dihadapi oleh pekerja perempuan di seluruh dunia adalah memperjuangkan hak hak dasar pekerja dan juga diskriminasi yang terjadi. Belum lagi adanya pelecehan seksual bagi kaum pekerja perempuan, diskriminasi untuk jabatan dan upah. Nilai nilai ini juga yang menjadi simpul perjuangan Mirah Sumirat ketika berbicara di forum internasional.

Perempuan yang sering dipersonfikasikan sebagai kaum yang selayaknya di area domestik rumah tangga, namun jika diberikan kesempatan yang tepat, sejatinya kaum perempuan akan memposisikan diri sebagai pemimpin sejati. Mirah Sumirat telah membuktikan dirinya sebagi perempuan yang layak menjadi inspirasi.

 

 

Memetakan Perjuangan Buruh Dengan Konsep Lobi Aksi

Skill negoisasi harus dimiliki oleh aktifis buruh(dokpri)

Menyampaikan aspirasi dengan menyertakan pendapat di muka umum dijamin oleh Undang Undang di negeri ini, kaum buruh tak serta berdemonstrasi di jalanan tanpa sebab, kebijakan yang merugikan rakyat tentu di respon oleh kaum buruh. Namun tak melulu berada di jalanan, karena buruh pun punya konsep perjuangan yang nyata.

Dalam setiap aksi buruh, sosok Mirah Sumirat menjadi magnet untuk penyampaian orasi, suaranya lantang terukur menyuarakan aspirasi kaum buruh. Namun jangan beranggapan bahwa Mirah Sumirat hobinya demo serta aksi. Bahwa buruh mempunyai pakem yakni dengan Konsep Lobi Aksi.

Bukti sahih sosok Mirah Sumirat yang tak saja jago orasi,namun perempuan yang menempuh pendidikannya di Universitas Islam Empat Lima Bekasi, pernah menjabat Wakil Ketua Lembaga Kerjasama Tripartit Nasional periode 2017-2019. Bukti bahwa perempuan murah senyum ini memang aktifis buruh mumpuni.

Tak jarang Mirah Sumirat sebagai perwakilan buruh perempuan melakukan audiensi ke DPR RI, ini merupakan bentuk penyampaian konsep dan lobi. Faktanya memang lembaga lembaga seperti eksekutif maupun legislatif merupakan pengambil keputusan, suara buruh terutama buruh perempuan menjadi perhatian Mirah Sumirat.

Dalam isu isu perburuhan saat ini, sosok Mirah Sumirat kerap di undang sebagai nara sumber dari acara televisi swasta, melakoni perdebatan di layar kaca dengan argumen yang bernas dan juga berbobot menjadi ciri khas perempuan berhijab ini. Jika ada tema perburuhan yang sedang viral, tak pelak lagi Mirah Sumirat menjadi langganan sebagai nara sumber yang berkompeten di bidangnya.

 

Menolak Upah Murah Bagi Kaum Buruh

Buruh sejahtera adalah keniscayaan bagi kaum buruh di Indonesia(dok Alfasah)

 

Pandemi Covid-19 yang melanda tanah air membawa perubahan besar dalam berbagai sendi kehidupan, buruh rentan mendapatkan Pemutusan Hubungan Kerja. Buruh layak sejahtera dengan upah yang memadai untuk menopang kehidupan. Salah satu perempuan yang konsisten menyuarakan tolak upah murah bagi buruh adalah Mirah Sumirat.

Dengan upah layak bagi buruh, daya beli masyarakat akan meningkat dan roda perekonomian di tanah air tercinta terus bergerak, penyuaran menolak upah murah bagi buruh adalah hal yang kerap dilakukan Mirah Sumirat, seperti kenaikan upah minimum provinsi yang sejatinya harus sesuai dengan hitung hitungan inflasi.

Ancaman resesi global yang diprediksi terjadi pada tahun 2023, pandemi rasanya baru saja berlalu, tahun depan akan dihadang resesi global. Hal ini tentu akan memberi dampak tidak baik bagi perekonomian Indonesia yang baru saja pulih, suara konsisten tentang upah murah yang terjadi tampaknya menjadi topik pembahasan yang disuarakan terus oleh Mirah Sumirat.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.