Mengutip berita kompas.com tanggal 19 Februari 2022, sebuah perusahaan agen perjalanan rekreasi online last minutes.com memberikan peringkat negara paling santaidi dunia. Parameter santai terdiri dari beberapa faktor, ternyata di negeri tercinta masuk kategori negeri tersantai, dengan pertimbangan jumlah jam istirahat, budaya yang menyertainya, lingkungan dan juga hak asasi manusia.
Di sisi lain tak bisa dipungkiri, ada negara-negara yang memiliki stres tinggi, meskipun dengan segala kekurangan dan juga kelebihannya. Hidup di Indonesia itu asyik banget loh, walau memang dikategorikan negara nomor satu paling santuy sejagad raya. Seujung kecemasan melingkupi, yaitu hal lain yang menjadi catatan bersama, yaitu fakta yang terungkap, berdasarkan survey yang dilakukan oleh Indonesia National Adolescent Mental Health Survey(I-NAHMS).
Satu dari tiga remaja di Indonesia ternyata memiliki masalah kesehatan mental, selain itu survei menyebutkan, satu dari dua puluh remaja di Indonesia memiliki gangguan mental dalam dua belas bulan terakhir. Angka ini membuat kita tercengang, karena setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.
Menjaga kesehatan mental, apa perlu? Faktanya kesehatan mental bukanlah persoalan yang harus dibiarkan begitu saja. Saatnya bagi pemangku kebijakan untuk menata program tentang kesehatan mental remaja khususnya, serta masyarakat pada umumnya.Paling tidak, bagi mereka yang mengalami masalah kejiwaan dan kesehatan mental, memiliki akses layanan, sehingga dapat tertangani lebih baik.
Saatnya kini secara bersama, mencegah stigma negatif terhadap orang-orang yang terindikasi mengalami gangguan mental, semoga di kemudian hari pemahaman orang Indonesia terhadap kesehatan jiwa semakin membaik. Salah satu komunitas yang peduli dengan masalah kejiwaan, adalah Griya Schizofren, yang dimotori oleh Triana Rahmawati.
Adapun Schizofren itu sendiri merupakan singkatan, yang bermakna Sosial, Humanity dan friendly. Filosofi inilah yang memayungi Griya Schizofren, untuk bergerak dan mengkampanyekan pentingnya peduli dan juga mensuport, para Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).
Ketika OMDK Ingin di Mengerti
Dalam konsep bernegara, pelayanan kesehatan jiwa di negeri ini, telah diatur dalam undang-undang. Yakni UU nomor 17 tahun 2023 Tentang Kesehatan, yang termaktub dalam pasal 76 ayat(1) huruf a, “akses pelayanan kesehatan jiwa yang aman, bermutu,dan terjangkau.
Namun apakah penderita dengan gangguan kejiwaan, atau yang populer dengan sebutan Schizophrenia, mendapatkan perilaku bersahabat dari lingkungan sekitar? atau malah harus dihindari. Dari sedikit orang yang memiliki rasa simpati, keinginan ingin dimengerti dari para penderita Schizophrenia, angkat topi bagi mereka yang ikhlas menjalin pertemanan dengan OMDK.
Triana Rahmawati yang merupakan jebolan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret. Berhasil memberi kesempatan para OMDK,melewati etape kehidupannya, untuk menuju aktivitas kehidupan normal dan stabil.Mereka yang terguncang jiwanya, mereka pula secara fisik, mental dan sosial memiliki resiko mengalami gangguan jiwa, melanjutkan hidup sebagai manusia seutuhnya.
Mengurai Stigma Memetik Arti Memanusiakan Manusia
Tak dapat dipungkiri mengurai benang kusut stigma negatif, terhadap OMDK bukanlah pekerjaan mudah. Salah satu bentuk penangkal stigma, adalah dengan melakukan edukasi, serta gerakan yang mengkampanyekan kepedulian terhadap ODMK. Membalikkan keadaan dari stigma negatif, menuju kesan positif,bukanlah hal yang mudah, tapi bisa dilakukan.Salut untuk ketelaten Triana merawat kaum OMDK.
Ada pesan yang melekat bahwa karakter para OMDK itu menakutkan, mereka kerap diejek. Salah satu keberhasilan Triana Rahmawati lebih dekat dengan OMDK, adalah dengan memanusiakan mereka. Kiat lain yang dilakukan Triana, adalah meningkatkan kepedulian kaum milenial terhadap OMDK, orang yang mempunyai riwayat kesehatan mental bukanlah sosok yang harus ditakuti, sejatinya mereka pun tidak membahayakan bagi orang lain.
Sosialisasi adalah kunci, jalan ini pun ditempuh Tria, era digital lebih mudah mewartakan sesuatu secara cepat. Tengoklah akun sosial media Triana Rahmawati dan Griya Schizofren yang mengedukasi serta memberitakan kegiatan para OMDK, mereka antusias merayakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia, dengan acara-acara yang juga dilakukan oleh orang-orang pada umumnya, mereka dilibatkan dalam acara keagamaan, sungguh mulia jalan Triana mengurai stigma bagi para OMDK, jika mendapat apresiasi penerima Satu Indonesia Award 2017, adalah hal yang sangat pantas.
Volunteer Menggali Simpati Menuai Empati
Relawan atau volunteer merupakan kosakata yang sangat akrab dalam kehidupan keseharian, mereka yang berkomitmen serta membantu secara spontan individu, tanpa embel-embel keuntungan materi.Relawan hadir untuk menopang kegiatan-kegiatan sosial, sukarelawan akan ikhlas mempersembahkan waktu dan tenaganya untuk komunitas privat.
Dengan gigih ketiga pendiri Griya Schizofren, terdiri dari tiga serangkai,Trian Rahmawati, Febri dan Wulan di 2012 mulai mengedukasi masyarakat, akan pentingnya kepedulian yang menyangkut kesehatan mental seseorang dengan masalah kejiwaan. Titik inilah satu tahun kemudian, mereka tidak menutup pintu dengan kehadiran relawan, apalagi setelah dua sahabatnya yakni Wulan dan Febri, selepas merampungkan kuliah kembali ke Jakarta.
Tria Rahmawati membesut Griya dengan dibantu para volunteer, mereka adalah mahasiswa di kota Surakarta, bahu membahu dengan panggilan jiwa kemanusiaan, menuai persahabatan unik. Memberdayakan OMDK dengan sendi-sendi dengan kesetaraan.Hingga saat ini Griya telah melibatkan 500 lebih volunter, telah mendistribusikan 100.000 lebih paket kebaikan.
Medio 29 Mei hingga 11 Juni 20023, Griya mempunyai gawean yang diberi titel Oprec Volunteer, atau Open Recruitmen Volunteer. Dengan tagline yang menantang, yakni enam bulan mengabdi seumur hidup merawat nurani, adapun benefit yang didapat relawan, memperluas relasi dan juga jaringan, sertifikat volunteer, ilmu sosial yang didapat, tentu skema project yang nantinya bermanfaat dalam kehidupan.
Alur waktu mencari relawan dibagi dalam pendaftaran,seleksi serta pengumuman volunteer. Adapun pos divisi yang yang bisa diikuti oleh para relawan, yakni divisi Riset&Development,Creative&Design, Public speaking, Event & Program serta Sponsorship & Funraising, relawan yang terpilih akan mengikuti program selama enam bulan.
Kemanusiaan dan Kesetaraan Hingga Diganjar SIA Award 2017
Momen indah patut dirayakan dan juga di kenang, pencapaian kemenangan tak serta merta dari hasil instan. Namun memang setiap orang mempunyai takdir masing masing, seperti yang dialami Triana Rahmawati.Ketekunannya merawat tumbuh kembang Griya Schizofren, menjadi simpul penguat, bahwa perempuan kelahiran Palembang,15 Juli 1992, bukan perempuan biasa.
Sisi humanis rasa kemanusiaan, serta kesetaraaan yang melingkupinya saat menyertai para OMDK, dimulai pada tahun 2012. Argo kebaikan Griya Schizofren seakan terus berputar, membuka kesadaran, bahwa ada tangan ikhlas yang konsisten menjadi pendamping masalah kejiwaan.
Salah satu korporasi yang paling mencintai Indonesia, PT Astra International Tbk, mempunyai ajang kompetisi Satu Indonesia Award, kata “Satu” memiliki makna Semangat Astra Terpadu. Ajang pencarian pemuda-pemudi Indonesia, yang memberikan keterlibatan positif bagi lingkungan sekitar,serta masyarakat.
Tahun 2017 menjadi tahun berkah bagi Triana Rahmawati, karena menjadi pemenang Satu Indonesia Award Nasional, saat itu yang mendaftar mencapai 3.234 orang, berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Di balik apiknya Triana Rahmawati menggenggam awarding.
Ada peran suami yang menyertainya, jalan terjal berjuang di masalah pendampingan kejiwaan, dan hadirnya Triana dan kawan kawan bagi para OMDK, ibarat lem penguat bahwa gerakan sosial yang dijalani Triana diakui secara luas oleh publik tanah air.