Filosofi Arra No Assa Nahada Mou Te Gunnu Dette KBA Lomolino Wakatobi

Infografis peta wisata pulau Tomia(sumber poto:Nur Amalia)

Langsung kena “ulti” ketika penulis menyebut KBA Lamulani, dengan bahasa yang santun,Pak Nur Amalia mengkoreksi menyebutkan Kampung Berseri Astra yang ia pimpin.

“ Klarifikasi bahwa KBA kami itu adalah Kampung Berseri Astra Lomolino, mungkin ada kesalahan teknis di pihak Astra, untuk penyebutannya menjadi Lamulani.Padahal yang benar adalah Lomolino,” beber Nur Amalia.

!

KBA Lomolino mengawali kiprahnya di tahun 2017, adalah Desa Teemoane yang berada di pulau Tomia, terus bersolek menyambut wisatawan. Potensi wisata Wakatobi yang merupakan akronim dari empat gugus pulau yaitu “Wa” untuk pulau Wangi, “Ka” untuk Kaledupa, “To” untuk Tomia dan “Bi” untuk Binongko.

 

Tomia sebagai bagian integral Wakatobi, Desa Teemoane mempunyai kapasitas mengembangkan wisata bahari, serta menumbuh kembangkan industri pariwisata. Walaupun menghadapi pesimisme dari masyarakat, salah satu orang yang meyakini Desa Teemoane menjadi desa wisata, adalah Nur Amalia.Apalagi ketika terbuka kesempatan melalui Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Wakatobi, untuk mendaftar Kampung berseri Astra.

Dengan spirit “Arra No Assa Nahada Mau Te Gunnu No Datte”, dalam bahasa daerah tomia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai makna “Kalau satu tujuan biar gunung terasa rendah”. Proposal berkaitan potensi desa Teemoane diajukan, hingga akhirnya pada akhir tahun 2017, Desa Teemoane masuk dalam keluarga besar Kampung Berseri Astra.

 

Setelah mendapat predikat Kampung Berseri Astra justru menjadi tantangan tersendiri, karena diperlukan upaya agar sumber daya manusia yang ada di Desa Teemoane mempunyai kemampuan yang cakap. Pulau Tomia serta Desa Teemoane bersentuhan dengan wisatawan domestik ataupun mancanegara, SDM yang mandiri, memiliki kreativitas serta inovatif, merupakan harapan sejahtera untuk masa depan Indonesia.

 

Tulang Punggung Itu Bernama Community Bassed Tourism

CBT melakukan upaya terbaik untuk membangkitkan wisata Desa Teemoane(sumber poto:Nur Amalia)

Data Badan Pusat Statistik kabupaten Wakatobi menyebutkan luas pulau Tomia mencapai 78,84 km2 terdiri dari kecamatan Tomia yang mempunyai luas 32,82 Km persegi,dan kecamatan Tomia Timur dengan luas 46,02 Km persegi. Paling kecil di antara gugusan pulau di Waktobi, Desa Teemoane berada di kecamatan Tomia, namun spirit menggali kapasitas wisata yang tersembunyi di desa Teemoane, terus dioptimalkan.

 

Salah satunya adalah mencetuskan Sentra Pelayanan Kawasan Pariwisata(SPKP), dengan mengumpulkan para penggiat wisata, Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) yang concern terhadap para wisata di Wakatobi khususnya yang ada di desa Teemoane. Seiring berjalannya waktu,serta Teemoane menjadi Kampung Berseri Astra, program SPKP berakhir, nama kegiatan bersalin rupa menjadi Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata.

 

Karena adanya pembagian wilayah pengembangan pariwisata di kabupaten Wakatobi, pada tahun 2018 pengurus mengkonfirmasi kepada Dinas Pariwisata setempat. Bahwa di Desa Teemoane telah terbentuk Community Based Tourism(CBT), langkah strategis CBT adalah mengikutsertakan peran pemuda dan masyarakat, untuk bersama-sama memajukan industri pariwisata.Karena hakikatnya kabupaten Wakatobi mempunyai sektor unggulan yaitu pariwisata dan hasil laut.

 

Community Bassed Tourism mengkonfigurasi kemampuan anak-anak asli Desa Teemoane, memahami seluk beluk dunia turisme dengan kearifan lokal khas Teemoane. CBT mendorong diadakannya pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan pemanduan wisata ataupun pelatihan kuliner. Bila ada pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Wakatobi maka CBT berpartisipasi dalam pelatihan tersebut.

 

“ Sebelum adanya adanya pandemi Covid, kami punya pilot project, yakni uji coba paket wisata bersama Maria Harfanti pemenang kontes kecantikan Miss Indonesia 2015,” ungkap Nur Amalia.

 

Daya dukung CBT ibarat inkubator, yang melahirkan pemahaman bahwa industri pariwisata saling terkait. Hingga muncullah sanggar seni dan budaya, industri kreatif, penyediaan homestay bagi para pelancong yang berkunjung, penataan objek wisata serta aktivitas masyarakat dan pemerintahan desa bersinergi menggapai Desa Wisata.

 

La Amo Imai Kua KBA Lomolino

Wisatawan bahagia menikmati keindahan Desa Teemoane (sumber poto Nur Amalia)

“ Kendala Wakatobi adalah transportasi, sehingga untuk menuju ke gugusan pulau-pulau dibutuhkan biaya yang cukup mahal.Untuk menikmati Wakatobi perlu persiapan waktu minimal lima atau enam hari,” ujar Nur Amalia yang juga ketua KBA Lomolino.

 

Perjuangan menuju Wakatobi dan pulau Tomia khususnya, meski biaya yang harus dikeluarkan cukup menguras kocek. Namun pesona alam bawah laut,atraksi seni, kegiatan snorking dan diving melihat dari dekat masyarakat Bajo hingga menikmati sunset dan sunrise adalah pengalaman yang tak terlupakan. Wakatobi merupakan salah satu dari sepuluh Destinasi Prioritas Pariwisata Indonesia.

 

La Amo Imai Kua KBA Lomolina, menyirat makna yang berarti selamat datang di Kampung Berseri Astra Lomolino, desa Teemoane memiliki tradisi menangkap ikan dengan alat tradisional, masyarakat di Tomia menyebutnya Hesurabi. Ada juga Perangi yaitu memakan ikan mentah, jangan dilewatkan tour Bajo, kegiatan keseharian masyarakat yang saat ini menjadi paket wisata nan memikat.

 

KBA Lomolino memandu industri kreatif, kegiatan mengolah dan menganyam bambu, menyaksikan dari dekat kemegahan benteng Patua, yang dilengkapi meriam kuno. Senjata ini dahulunya merupakan alat pertahanan, serta bukti sahih rakyat Tomia melawan penjajah Belanda. Pulau Tomia melimpah berkah dengan keindahan pantai Hondue, surganya pecinta snorkeling dan diving, mengintip indahnya matahari terbit dari bukit Waru serta syahdunya mentari tenggelam di Puncak Tomia.

 

Saat berkunjung di pulau Tomia dan mengalami kemalaman, tak usah resah, saat ini ada enam homestay yang siap untuk ditinggali wisatawan. Homestay adalah rumah menginap milik warga, disediakan bagi para pelancong yang sedang berkunjung ke Tomia. Menyusuri keindahan Tomia semakin menyenangkan.

Menggengam Empat Pilar Astra

Empat pilar Astra membuat Desa Teemoane makin berwarna(sumber poto:Nur Amalia)

Didampingi Herman untuk pilar kewirausahaan, Siti Salwia menangani pilar pendidikan, Lily Dharma fokus dalam pilar lingkungan, serta hadirnya Ibu Bidan Kartina untuk pilar kesehatan mereka adalah Kampung Berseri Astra.Setia menggenggam empat pilar Astra, parameternya adalah dengan suksesnya cakupan program yang dilaksanakan.

Tanaman sistem hidroponik, pasokan sayur dari kebun sendiri(sumber poto:Nur Amalia)

Acap kali Pulau Tomia mengalami tersendatnya pasokan sayur dan buah, yang berasal dari daerah lain, sebagai kawasan yang sekelilingnya adalah lautan. Terbatasnya lahan tanah, pilar lingkungan KBA Lomolino mengembangkan budidaya tanaman secara hidroponik, berangsur-angsur ketergantungan pasokan sayur dari daerah lain bisa teratasi.saat ini suplai sayuran untuk warga telah terpenuhi. Pilar lingkungan juga bergiat untuk masalah bebas sampah, hingga penanaman mangrove.

 

Arahan jitu ibu bidan Kartina, memantapkan pilar kesehatan KBA, hadirnya Posyandu balita dan Posyandu lansia,kegiatan senam lansia dilakukan secara berkala. Seiring percepatan digitalisasi di tanah air, penggunaan aplikasi mobile iPosyandu pun menyapa Teemoane, data yang termuat dalam aplikasi iPosyandu memudahkan pantauan petugas. Pilar kesehatan KBA Lomolino mensosialisasikan tentang stunting, yang keren adalah pelatihan pembuatan pangan lokal, dengan manfaat untuk peningkatan gizi ibu hamil serta balita.

 

Digawangi Siti Salwia, pilar pendidikan melesat untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, dimulai dengan usia dini dengan hadirnya PAUD. Adanya beasiswa Sekolah, pelatihan parenting, story telling.Bikin greget dari pilar pendidikan KBA Lomolino adalah pendidikan seni tari anak-anak, pondasi yang kuat mencintai seni budaya lokal akan terpatri, pembentukan sanggar seni menjadi titik penting. Bahwa budaya leluhur haruslah dilestarikan, menguasai tarian daerah, berguna saat tampil di pementasan tingkat desa maupun kecamatan. Memberi dampak positif anak-anak yaitu mendapatkan penghasilan tambahan.

 

Last not but least, terakhir namun tak kalah penting yakni pilar kewirausahaan, yang dikomandani oleh Pak Herman. Seperti yang telah diutarakan dalam awal artikel, Wakatobi dan juga Tomia mempunyai aset pariwisata, tegak lurus dengan kegiatan kewirausahaan, ada beberapa gerobak UMKM,pemandu wisata,rental motor dan mobil,kelompok usaha rumah inap atau homestay yang dibina pilar kewirausahaan KBA Lomolino.

 

Antusiasme Carribean Van Celebes Menyongsong Masa Depan Indonesia

Pesona alam bawah laut Tomia,potensi wisata yang mengagumkan(sumber poto: Nur Amali)

Ada 820 jenis sekarang di dunia, ternyata 750 jenis karang ada di Wakatobi, tak heran jika pada tahun 2012 Wakatobi ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Bumi dari UNESCO. Dengan segala kemolekan biota laut, keindahan panorama yang menyertainya, satu harapan yang tersimpul, Tomia beserta warganya menatap esok hari dengan penuh semangat.Kampung Berseri Astra seakan membuka jalan untuk Desa Teemoane terus bertumbuh dan berkembang.

 

Rasanya julukan Caribbean Van Celebes, bukanlah berlebihan bagi Wakatobi, patut mendapat apresiasi bagi desa Teemoane. Sejumlah prestasi dan membanggaakan terukir, pada tahun 2017 meraih penghargaan sebagai Desa Berkembang yang diterima langsung dari Gubernur Sulawesi Tenggara, tahun 2018 dianugerahi sebagai Desa Bebas Buang Air Besar oleh dinas kesehatan. Tahun 2020 Desa Teemoane terpilih sebagai Kampung KB, tahun 2020 diajukan sebagai Desa Wisata.

 

Menurut Nur Amalia, mewujudkan mimpi bersama agar KBA Lomolino mempunyai daya saing dan juga memiliki kemandirian. Agar pengembangan desa terus berlanjut. Konsistensi adalah kunci titik,tumpu ada di pilar kewirausahaan yang memiliki program unggulan, maju terus pariwisata Desa Teemoane!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Satu Komentar Tambahkan milikmu
  1. semoga ke depannya Desa Teemoane di Tomia bisa jadi lebih berdaya dan mandiri, sekarang aja udah bisa mencukupi kebutuhan sayuran warga, tidak bergantung lagi pada pasokan dari luar daerah, tidak menutup kemungkinan kan suatu saat malah jadi pemasok bagi daerah lain di sekitar Tomia, Wakatobi dan bahkan seluruh Sulawesi Tenggara.
    Salut nih tuk Desa Teemoane, yang hampir tiap tahun sudah meraih penghargaan berbeda, artinya Desa ini emang berkembang dengan pesat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.