Daur Ulang Sampah Berbasis Edukasi Keadilan Gender

Warga desa Penyengat Olak antusias mendengarkan petunjuk mentor tentang daur ulang sampah(dok poto:ampar.id)

Dengan cara genial penerima apresiasi SATU Indonesia Award(SIA) Provinsi 2017, memetakan edukasi keadilan gender di sebuah desa di Provinsi Jambi,bahwa sejatinya pada kondisi masyarakat yang menempatkan laki-laki maupun perempuan secara adil dan merata.

Keadilan gender akan mudah mendapatkan tempat. Ada cara berbeda dilakukan Wenny Ira Reverawati melakukan pendekatan kepada masyarakat desa Penyengat Olak, ketika memahamkan keadilan gender terutama untuk kalangan perempuan, perlu pendekatan persuasif agar para perempuan yang kesehariannya sebagai buruh tani dan ibu rumah tangga memahami keadilan gender secara utuh.

Daur ulang sampah dipilih perempuan yang lahir di desa Pematang Kancil, Kabupaten Merangin, karena ia melihat partisipasi perempuan untuk kontribusi pembangunan desa Penyenggat Olak begitu kurang. Pemetaan sosial dilakukan oleh Wenny Ira Reverawati pada tahun 2015.

Perempuan yang juga pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Politik Sosial dan Ilmu Politik( STISIP) Nurdin Hamzah Jambi. Memikirkan cara agar perempuan mampu aktif untuk ikut berpartisipasi pembangunan desa.

“Saat itu isu yang kita tawarkan pengetahuan kesehatan reproduksi atau lingkungan,ternyata masyarakat ternyata lebih condong untuk memilih isu lingkungan, setelah berdiskusi ternyata daur ulang sampah adalah pilihan kegiatan,” tutur Wenny dengan nada bersemangat.

Bukan Tanpa Alasan jika warga desa Penyengat Olak lebih memilih kegiatan lingkungan, terampil memahami cara daur ulang sampah terutama sampah plastik. Lingkungan di sekitar desa dipenuhi sampah, kolong kolong acapkali dipenuhi timbulan sampah, sehingga sampah tersebut malah ikut hanyut, terbawa arus Sungai Batanghari yang merupakan sungai terbesar di pulau Sumatera.

Berproses belajar bersama daur ulang sampah, bersemangat karena dari hasil daur ulang sampah memiliki nilai ekonomian, dimulai melakukan observasi pada tahun 2015 untuk membentuk Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak. Sehingga akhirnya sekolah informal ini mendapatkan legalitas resmi pada November 2016.

Mempersiapkan Sekolah Informal Bagi Kaum Perempuan

Kaum perempuan desa Penyengat Olak bangga mempunyai Sekolah Bang Sampah(dok:antaranews)

Tahun 2016 menjadi garis waktu berdirinya sekolah informal daur ulang sampah, Mbak Wenny mengorganisir kaum Ibu untuk terlibat pembentukan Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak. Membentuk struktur dan konsep dari sekolah bank sampah, seperti galibnya sekolah ada kepala sekolah ada juga para pengajar, namun sifatnya informal dan berbasis komunitas.

Siapa saja boleh datang ke tempat ini, namun dengan syarat membawa sampah, akhirnya belajar daur ulang sampah pun menjadi kegiatan rutin sekolah bank sampah.

Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak, menyasar perempuan putus sekolah, perempuan yang mengalami pernikahan di usia anak, namun awal berdiri sekolah bank sampah justru yang datang adalah ibu-ibu rumah tangga biasa.

“Awal sampah kita ajukan ke Surat Keterangan ke desa, pihak desa pun menyetujui adanya komunitas ini, langkah berikutnya memberi penguatan kepada pengurus baru. Kami dan kawan kawan, mengupayakan pengurus sekolah bank sampah memahami cara daur ulang sampah, yaitu dengan menghadirkan dua mentor yang ahli dalam urusan daur ulang sampah di kota Jambi” ungkap Wenny.

Daur ulang sampah berupa kain perca, plastik, koran, limbah celana jeans, dengan bantuan para mentor serta ketekunan para para pengurus sekolah bank sampah. Semakin hari semakin terampil mengolah sampah dan mendaur ulangnya,alhasil menjadi barang yang berbeda dengan bentuk awal berupa sampah.

Setahun setelah penguatan para pengurus dan juga para peserta mendapatkan pengetahuan lebih lanjut melalui YouTube buku-buku tutorial kerajinan. Siapapun yang datang ke sekolah bank sampah akan diajari cara daur ulang sampah.

Peningkatan signifikan dari Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak, membuat pengurus makin percaya diri, mereka tampil ke permukaan. Melakukan pameran, serta aktif berpromosi ke media sosial. Tahun 2017 Mbak Wening mendorong agar sekolah bank sampah untuk ikut musyawarah desa, kegiatan sekolah bank sampah akhirnya mulai diperhatikan oleh pihak desa.

Kenangan Indah Berinteraksi Dengan PT Astra International Tbk

Tahun 2024 merupakan tahun ke-14 PT Astra International Tbk mengadakan Satu Indonesia Award, ada 600 pemuda pemudi di seluruh Indonesia telah mendapatkan apreasiasi, menurut Wenny Ira Reverawati, pengalaman berharga. Tahun 2017 menurut perempuan yang meraih Magisternya di Universitas Gadjah Mada, adalah tahun dengan kenangan indah bersama PT Astra International Tbk.

Kiprah dirinya untuk mengedukasi kaum perempuan di desa Penyengat Olak, agar melek tentang isu kesetaraan gender namun juga terampil mendaur ulang sampah, telah membawa Wenny Ira Reverawati mendapatkan apreasiasi SATU Indonesia Award Provinsi. Proses tak mengkhianati hasil, mungkin adigium ini tepat bagi keberhasilan Wenny.

Menurut perempuan yang pernah mencicipi sebagai tim Community Development dari kampus tempatnya mengajar, mengikuti SIA Award merupakan kebanggaan tersendiri, bagi Wenny mengikuti ajang kompetisi ada rasa ketertarikan,siapa tahu ada hoki dan menang, bagi Wenny bahwa apa yang dilakukan bersama kaum perempuan di desa Penyengat Olak memiliki nilai tersendiri dan berdampak bagi banyak orang.

Ada pengalaman seru yang diceritakan Mbak Wenny kepada penulis, setelah di tahun 2017 mendapat SIA Award, ternyata di tahun 2021, ada seseorang yang mengajukan dirinya kembali untuk mengikuti ajang yang sama. SATU Indonesia Award selalu menjadi moment indah bagi Wenny Ira Reverawati.

Melawan Pencemaran Sungai Batanghari

Produk dari hasil daur ulang sampah desa Penyengat Olak(dok:ekuatorial.com)

Ketika sampah terus terusan masuk menuju sungai atau pun laut, lambat laun dan perlahan namun pasti, kualitas lingkungan di sekitarnya pasti terdegradasi. Karena ruang lingkup desa Penyengat Olak tak terpisahkan dari sungai Batanghari, otomatis bila air sungai tercemar akan memberi dampak kesehatan buruk bagi masyarakat.

Berkat hadirnya Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak, kaum perempuan makin teredukasi menangani sampah organik maupun anorganik, dengan pengetahuan tersebut, tentu mereka pun semakin enggan membuang sampah sembarangan, apa lagi membuang sampah ke sungai.

Pembelajaran secara kontinyu memang diperlukan, apa lagi jika dirunut, ada saja kendala ketika mengajarkan ibu ibu saat daur ulang sampah dan pemberdayaan perempuan. Kendalanya berada di mentalitas, perempuan yang berada di Sekolah Bank Sampah masih tergantung kepada orang luar, belajar hal hal baru ada keengganan, harus ada dorongan baru bergerak untuk belajar.

Namun di balik itu semua, Wenny memaparkan bahwa perempuan sejatinya memiliki nilai solidaritas tinggi, ini sesungguhnya modal awal bagi sebuah komunitas. Semoga apa yang dilakukan Sekolah Bank Sampah Perempuan Penyengat Olak, menjadi bagian agar sungai Batanghari sebagai sungai yang bebas sampah dan memberi manfaat bagi masyarakat yang terlintasi alirannya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.