Merajut Keping Toleransi di Antara Sumber Energi Terbarukan

 

Peta visual RW 08 Merbabu Asih(dok Agus Supriono)

 

“Jangan panggil Mas, saya pernah muda loh panggil saja Mbah,” kekeh Agus Supriono.

Penggalan kalimat bernada humor mengawali perbincangan daring, maka mengalir pula tentang kisah Kampung Ramah Lingkungan yang berada di RT 01 RW 08, Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti,Kota Cirebon. Dengan luas wilayah 5,86 hektar dan memiliki topografi dataran rendah, lingkungan RW 08 memiliki sejumlah keunikan yang belum tentu dimiliki wilayah lainnya.

Tempat ini bisa disebut merajut keping toleransi, wajah ramah Indonesia yang sesungguhnya, jumlah penduduk sebanyak 617 jiwa,Kampung Ramah Lingkungan Larangan atau yang ngetop dengan sebutan RW 08 Merbabu Asih. Memiliki tempat peribadatan untuk umat Muslim,Hindu, Budha dan juga Nasran, jarak antar rumah ibadah relatif berdekatan.

Selain itu Kampung Wisata Edukasi Lingkungan tersemat di RW 08, menjadi ikon Kota Cirebon, wilayah kota udang dikenal sebagai kota dengan cuaca panas, karena berdekatan dengan garis pantai. Namun Green Belt Merbabu, memiliki zona oksigen dengan konstruksi tanaman rambat, serta Greenhouse berupa pembibitan tanaman, mampu memberi pasokan oksigen,sirkulasi udara lancar sehingga sengatan mentari Cirebon yang terkenal garang, mampu diredam dengan semilir angin dan hijaunya pepohonan.

“Pada intinya PT Astra International Tbk mengajak masyarakat, terutama penggiat Kampung Berseri Astra, berperan membangun negeri dengan empat pilar Astra. Penyelamatan lingkungan dengan tindakan soleh dan santun terhadap alam, berupaya membantu taraf kehidupan lebih baik,” papar Agus Supriono menguraikan dengan rinci.

Tahun 2013 awal perjalanan Kampung Ramah Lingkungan Harjamukti, rentang waktu lebih dari satu dasawarsa, Agus Supriono bersyukur mendapat dukungan warga RW 08, tentu saja andil PT Astra International Tbk yang tiada henti memberikan suport, sehingga RW 08 Merbabu Asih bagian dari Program Kampung Iklim(Proklim). Yakni meningkatkan adaptasi karena perubahan iklim,serta memitigasi emisi gas rumah kaca di tingkat lokal.

Memaknai Filosofi Nyiar Pangaweruh

Sudut jalan nan asri di RW 08 Merbabu Asih(dok instagram:proklim08merbabucrb)

Setelah melewati masa kebersamaan, merawat eksistensi Kampung Ramah Lingkungan Harjamukti sejak tahun 2013,prestasi tertuai bukan berarti kendala serta merta menghilang. Masalah tentu saja ada namun bukan penghalang utama, beberapa permasalahan yang dihadapi saat ini, adalah kondisi infrastruktur yang kurang representatif secara teknis.

 

Mbah Agus Supriono juga menyebut keterbatasan anggaran, kerap menyulitkan langkah RW 08 Merbabu Asih melakukan akselerasi, namun bukan berarti pengurus bertopang dagu. Di balik kendala yang tersaji,ada filosofi yang terpatri sehingga Kampung Ramah Lingkungan Harjamukti tetap eksis hingga kini.

 

“Saat rombongan tamu dari luar daerah, luar pulau Jawa hingga mereka dari luar negeri, menyempatkan belajar ada asa bahwa inilah pengalaman mengesankan mengelola Kampung ramah lingkungan Harjamukti,” lanjut Agus Supriono.

 

Mereka yang hadir bertamu seakan sedang nyiar pengeweruh, atau sedang belajar ilmu pengetahuan di RW 08 Merbabu Asih. Bahwa pengelolaan lingkungan dipadukan dengan aspek sosial dan budaya, serta aspek ekonomi memantik rasa penasaran, sehingga komunitas masyarakat, wisatawan hingga akademisi tertarik menyambangi Kampung ramah lingkungan Harjamukti Kota Cirebon.

Saat ini Kelurahan Larangan memiliki spot-spot ciamik, sebagai Destinasi Wisata Edukasi Lingkungan, dukungan diberikan oleh para pemuda dan pemudi, mereka turut dalam beragam kegiatan. Begitu juga warga yang antusias mensukseskan program RW 08 Merbabu Asih. Masyarakat pada umumnya merasakan akselerasi ekonomi dengan meningkatnya income.

Energi Terbarukan di Antara 12 Jurus Pilar Lingkungan

Sekretariat Proklim 08 Larangan telah menggunakan solar cell lebih hemat energi(dok instagram:prokim08merbabucrb)

PT Astra International Tbk merupakan korporasi dengan 10 sustainability aspiration yang memegang komitmen fokus pada iklim dan planet adalah pada tahun 2023 meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga 44,63% Senada dengan apa yang dilakukan PT Astra International Tbk Kampung ramah lingkungan Harjamukti mempunyai 12 jurus untuk menegakkan pilar lingkungan.

 

Bank sampah, lubang resapan biopori,papingisasi, sumur resapan,kerajinan daur ulang, peningkatan vegetasi, rain water harvesting, green house, energi terbarukan,budidaya pertanian rendah emisi gas rumah kaca dan pengendalian banjir adalah upaya yang dilakukan RW 08 Merbabu Asih agar sektor lingkungan memberikan kontribusi nyata dan masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

 

“Pemanasan global adalah ancaman nyata, PT Astra International Tbk memberi bantuan peralatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)sebagai wujud peduli bumi yang kita tinggali ucap,”Agus Supriono.

 

Kehadiran PLTS memberi dampak hematnya penggunaan biaya listrik secara nyata, dalam kalkulasi pengeluaran tagihan listrik, biaya yang bisa dihemat Rp 230.000 per bulan, Jika setahun angka penghematan bisa mencapai Rp 2.760.000 per tahun. Sebagai negara tropis yang sinar mataharinya bersinar hampir sepanjang tahun PLTS merupakan jawaban dari pemanfaatan energi terbarukan.

 

“Selain PLTS, PT Astra International Tbk ikut berperan dalam penanganan pelestarian lingkungan, salah satunya mendukung untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,” imbuh Agus Supriono.

 

Sinergi Serta Spirit Multi Etnik di Kota Udang

 

Rumah ibadah empat agama yang saling berdekatan simbol toleransi di Kampung Ramah Lingkungan Harjamukti(dok instagram:proklim08merbabuasihcrb)

 

Kota Cirebon kerap disebut juga kota wali, zaman dahulu penyebaran Islam di Jawa Barat di mulai dari Cirebon, tokoh kunci penyebaran Islam adalah Sunan Gunung Djati. Tokoh yang di hormati ini seakan simbol dari spirit toleransi antar umat beragama di kota udang. Hal ini juga terjadi di wilayah RW 08 Merbabu Asih.

Keunikan dari toleransi di Kampung Ramah Lingkungan Harjamukti, tempat ibadah empat agama yang di akui di Indonesia saling berdekatan, maka kita akan melihat masjid As Salam berhimpitan dengan Pura Agung Jati Permana milik umat Hindu, rumah ibadah, Vihara Bodhi Asih milik umat Budha berada di belakang Panti Wreda Asih milik umat Nasrani. Meski berbeda keyakinan namun tempat ibadah serta penganutnya hidup berdampingan secara damai.

Bersyukur bahwa di negeri tercinta,kebebasan beragama sangat di junjung tinggi, dari kota Cirebon atau lebih tepatnya di RW 08 Merbabu Asih, toleransi antar umat beragama bukanlah isapan jempol. Boleh dikatakan bahwa apa yang saat ini terjadi merupakan pengejawantahan menyerap energi kebersamaan.

Walau multi keyakinan, merawat kebhinekaan adalah keniscayaan, kepedulian lingkungan memang menjadi prioritas di Kampung Ramah lLngkungan Harjamukti,akan tetapi membangun kerukunan umat beragama tak terlupakan. Langkah toleransi dengan mengusung kebinekaan merupakan aset yang penting, agar NKRI yang juga secara lebih luas memiliki multi etnik, multi budaya dan multi agama tetap kokoh bersatu.

Mempertahankan Tradisi Kearifan Lokal

Seni tari tradisional menjadi ikon untuk penyambutan tamu di RW 08 Merbabu Asih(dok:Agus Supriono)

 

Budaya menempatkan suatu bangsa memiliki peradaban, keragaman budaya di RW 08 Merbabu Asih merupakan anugerah yang tak terhingga. Namun saat ini ketika generasi milenial dan juga generasi Z, mengandrungi nilai budaya bangsa lain atau budaya barat, jangan sampai budaya lokal malah yang tergerus.

 

Kearifan lokal belum tentu tertinggal, budaya barat sangat mungkin tidak mencerminkan keunggulan dari budaya yang lain, Kampung Ramah lingkungan Harjamukti sangat menghargai kearifan lokal. Salah satu tarian tradisional, yakni tari Topeng serta tari Bali mendapat tempat tersendiri. Tarian tradisional kerap ditampilkan sebagai sarana hiburan dan pendidikan, proses budaya tetap dipertahankan agar masyarakat semakin tergugah mencintai budaya sendiri.

 

Identitas tradisional bangsa tetap ditonjolkan, kearifan lokal tetap ajeg bagaimanapun nilai budaya adalah penguat identitas. Tarian tradisional tampil dengan segala keluwesangerakannya, kerap dibawakan untuk penyambutan tamu atau calon pemimpin di berbagai daerah, RW 04 08 Merbabu Asih sangat mensupport kekayaan budaya tradisional, menggali kearifan lokal agar mampu menyaring budaya luar yang sangat mungkin kurang pas dengan karakter bangsa.

Bila melihat upaya gigih para pengurus RW 08 Merbabu Asih untuk setia dalam kearifan lokal, rasa rasanya ke khawatiran generasi sekarang kurang mencintai budaya sendiri, seperti terbantahkan.Kampung Ramah Lingkungan Harjamukti, memberi bukti bahwa visi awal yaitu menata lingkungan, membenahi sampah serta aktif dalam pilar kesehatan, namun memberi sentuhan agar kearifan lokal tetap di pertahankan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.