“Kami masih menjadi Kampung Berseri Astra relatif baru, lebih baik menulis KBA yang sudah terkenal Pak,” imbuh Budi Riono.
Pernyataan merendah yang terlontar dari pengurus KBA Bugisan, memantik penasaran penulis, tak pelak lagi hal ini membuat semangat berkobar, untuk mengulik keberadaan Kampung Berseri Astra yang berada di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
“Akhir tahun 2022 KBA Bugisan berdiri,” terang Budi Riono lebih lanjut.
Namun meski berbilang baru, KBA Bugisan menyebarkan pesona yang tak bisa di abaikan. Bersama PT Astra International Tbk, KBA Bugisan terus mengukir prestasi, salah satunya adalah mendapat sertifikasi “Proklim Utama” pada tahun 2023. Proklim merupakan program yang memberikan pengakuan terhadap partisipasi aktif masyarakat yang telah melaksanakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Di tahun yang sama saat memperingati HUT RI ke 78,KBA Bugisan meraih juara pertama dalam lomba bertajuk Video Cerita Kampungmu, dalam kompetisi video antar KBA seluruh Indonesia, KBA Bugisan mampu mendulang titel jawara dengan mengalahkan ratusan peserta KBA yang tersebar di tanah air.
Untuk urusan perawatan pariwisata dengan mengedepankan nilai nilai kebudayaan,KBA Bugisan memiliki kirab budaya yang di ikuti oleh perwakilan RW 01 hingga RW 08, adapun kirab budaya berupa kirab gunungan dan gelaran tarian yang ada di KBA Bugisan seperti Jatilan,Sorak Gumyak, Bulak Ombo, Karawitan dan Srandul.Kirab budaya semakin mengokohkan Bugisan sebagai desa wisata di provinsi Jawa Tengah.
Momen yang tak bisa terlupa bagi KBA Bugisan saat ditetapkan bersama sebelas Kampung Berseri Astra di tahun 2022, secara sah dan meyakinkan Bugisan berhak menyandang nama KBA di depan Bugisan,sebagai pertanda Bugisan adalah desa di kabupaten Klaten yang telah menerapkan empat pilar Astra yakni Astra Untuk Indonesia Sehat,Astra Untuk Indonesia Cerdas,Astra Untuk Indonesia Hijau dan Astra Untuk Indonesia Kreatif.
Kampung Berseri Astra Dengan Lanskap Candi Plaosan
Romeo dan Juliet di gadang gadang menjadi kisah epik anak manusia memperjuangan cinta meski harus berakhir tragis. Kisah di desa Bugisan mempunyai cerita elok tentang cinta sejati meski berbeda secara pemahaman spiritual. Adalah candi Plaosan menjadi bukti nyata bahwa kekuatan cinta mampu mengalahkan ketidak mungkinan.
Raja Rakai Pikatan memberikan mas kawin kepada untuk Ratu Pramudiyawardani. Adalah Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul, meski berabad lamanya, kisah asmara Raja Rakai Pikatan masih bisa di nikmati hingga saat ini. Beruntung desa Bugisan menjadi tempat bersemayamnya tanda cinta tersebut. Saat ini Candi Plaosan menjadi tempat bersejarah penting di Klaten.
Spirit Raja Rakai Pikatan seakan menjelma saat Desa Bugisan di dapuk sebagai keluarga baru Kampung Berseri Astra tahun 2022, karena untuk menjadi KBA memerlukan syarat yang tak sembarangan, di mulai dengan adanya Festival Candi Kembar di mulai pada tahun 2016. Ibu ibu PKK Desa Bugisan pun ikut memikirkan ikon makanan yang spesifik, akhirnya ada ide untuk pengolahan buah pepaya, maka hadir yang namanya nugget,stick, manisan hingga permen berbahan baku pepaya.
Saat ini KBA Bugisan makin moncer sebagai tempat wisata di Klaten, Candi Plaosan bukan saja dikenal sebagai candi kembar, namun atraksi kesenian dan budaya, menjadi daya tarik wisatawan, bahkan warga saat ini berinisiatif memfungsikan rumah tinggal sebagai homestay yang dapat dipergunakan tamu atau wisatawan untuk menginap.
Manfaat Pohon Daluang Untuk Desa Wisata Kreatif Berkelanjutan
Era kekinian memang zamannya digital, namun bukan berarti fungsi kertas di tinggalkan begitu saja, kertas masih menjadi pilihan bagi siswa siswi sekolah untuk mencatat pelajaran. Sebagai salah satu bagian dari Kampung Berseri Astra,Desa Bugisan di dampingi PT Astra International Tbk mendapat pembekalan untuk memanfaatkan pohon Daluang.
Meski saat ini kertas dari pohon Daluang seakan senyap dalam cerita modern, di era tahun 50an, pohon Daluang sempat eksis sebagai bahan pembuatan kertas. Pohon Daluang(Broussonetia papyrifera), bahkan kertas dari pohon Daluang di minati hingga ke negeri Belanda, kertas pohon Daluang dipergunakan sebagai bahan kerajinan kertas juga bahan pembuatan uang kertas.
Bekerja sama dengan PT Astra International Tbk,KBA Bugisan membuat workshop Aksara Jawa dan pembuatan kertas dari pohon Daluang, dalam workshop yang melibatkan antusiasme anak anak yang tergabung dalam Paguyuban Cokro Anom Nuswantoro, anak milenial di ajak melakukan kreatifitas yang berasal dari pohon Daluang, kulit kayu Daluang di olah menjadi kerajinan tangan berseni, ternyata pohon Daluang dapat di manfaatkan untuk pembuatan figura, tas unik beretnik dan produk produk kreatif yang ramah lingkungan.
Desa Bugisan menjadi desa keempat yang memanfaatkan pohon Daluang, terobosan kerajinan ini membuat orang kembali mengenal Daluang sebagai bahan baku kertas. Untuk saat ini kemungkinan pihak KBA Bugisan akan melakukan kerjasama dengan Museum Wayang Beber Sekartaji.
Kesenian Wayang Beber memiliki medium bercerita dengan menggunakan bentangan kertas, meski tidak sepopuler wayang kulit, wayang Beber memiliki penggemar yang tak bisa di kesampingkan begitu saja. Sehingga sangat klop pengembangan budi daya pohon Daluang di desa Bugisan,wayang Beber pun memiliki bahan baku dari kertas berkualitas.
Menyisir Sampah Desa Wisata
Sampah memang sisa kegiatan sehari hari manusia, atau juga proses alam yang tak bisa di hindari, dalam lingkup kecil rumah tangga, sampah dapat di timbun atau juga dengan cara di bakar. Namun apa jadinya jika sampah di hasilkan dalam waktu bersamaan?
Desa Bugisan dengan luas 165 hektare, dengan kepadatan penduduk mencapai 3954 jiwa, persoalan sampah memang menjadi kendala, setiap hari ada 2,5 ton sampah yang di hasilkan, kunjungan wisatawan pun sedikit banyaknya menyumbang sampah. Namun bukan berarti persoalan sampah terhenti untuk dibakar atau di timbun. Sebagai desa wisata yang Sustainable Development, yakni desa dengan basis budaya dan lingkungan.
Pengelolaan sampah baik sampah organik maun non organik menjadi perhatian serius KBA Bugisan. Pengelolaan sampah di tata dengan cara Reduce,Reuse,Recycle(TPS 3R), adalah TPS Guyub Karya Santosa yang di pimpin oleh Ketua I Widoyo dan Ketua II Purwanto, duet inilah yang bertanggung jawab akan pasokan sampah di Desa Bugisan, untuk di olah.
TPS 3R Guyub Karya Santosa memiliki data base timbulan sampah di Desa Bugisan, termasuk catatan sampah organik maupun anorganik, arsip sampah ini akan lebih mudah memetakan sampah yang ada di Bugisan, entri data harian reduksi sampah di catat dengan cermat. Dengan tagline Mengubah Sampah Menjadi Berkah, sampah yang dianggap onggokan tak berguna malah menjadi cuan,TPS 3R yang merupakan Bumdes Bugisan menyumbang pendapatan perbulannya sebesar Rp 2.000.000.
Salah satu produk unggulan dari TPS 3R Guyub Karya Santosa adalah pembuatan pupuk organik, di banding pupuk kimia, pupuk organik sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang tanaman, selain itu pupuk organik memang berasal dari alam untuk alam,sehingga unsur hara di dalam tanah tetap terjaga kesuburannya.
Melihat kerennya KBA Bugisan mengelola budaya dan lingkungan, seakan mematahkan asumsi Pak Budi Riono yang mengatakan KBA Bugisan, KBA baru belum punya prestasi mumpuni, padahal prestasi KBA Bugisan sangat mentereng dan berkelas.